Sabtu, 12 November 2011

Cerpen cupu lama


  


 Dua hari lagi, Triven berulang tahun. Triven sangat  menanti tanggal ulang tahunnya tersebut. Karena dia terlalu sibuk sehingga dia lupa.


 Desi, Ken, dan Putri merencankan sesuatu. Mereka akan mengado Triven.
“Ken, Triven kan sebentar lagi ultah. Kita mau ngasih kado apa?” Tanya Desi.
“Kamu sendiri gimana?” Ken balik bertanya pada Putri.
“Lho, kamu ini gimana sih Ken? Orang aku tanya ke kamu, malah kamu balik tanya ke Puri?” tukas Desi denbgan sedikit kesal.
“Des, aku cuma mau tau pendapat si Putri aja. Apa nggak boleh nih?” jawab Ken dengan nada mengalah.
“Ya udah deh. Gimana menurutmu Put?” tanya Desi kepada Putri.
“Hmmm.. gampang aja sih, mencari hadiah yang cocok untuk Triven. Tapi..,” gumam Putri yang tak dilanjutkannya.
“Tapi, aku butuh informasi tentang buah apa yang paling dia tak sukai.” Jawab Desi sambil mengernyitkan dahinya.
“Buah yang paling nggak disukai Triven? Apa ya…???” piker Desi dan Ken sejenak...
,,,,,
“Oh, iya ! Durian! Ya! Dia paling nggak suka dengan durian!” teriak Ken kegirangan seraya memecahkan keheningan.
“Gila nih, orang?! Kaget tau..!?” timpal Putrid an Desi hampir bersamaan.
“Ya.., maaf. Abis.., entar lupa sih!” ucap Ken.
“Maaf maaf… Kalau aku punya penyakit jantungan gimana ? Bisa langsung mati tau!” sewot Desi.
“”Sudah Des sudah. Ken kan sudah meminta maaf. Terima Kasih ya Ken kamu sudah mau membantu menemukan buah yang paling tidak disukai Triven.

Sehari sebelum ultah Triven ….

“Eh, Putri! Kamu yang bertugas membeli durian, sedangkan Ken yang membeli kertas kado dan aku…aku yang bertugas membungkus hadiahnya. Setuju?” ucap Desi.
“Setujuuuuuu….!!!” Jawab Putri dan Ken dengan kompaknya.

Selang berapa waktu….

“Aaaahhh… capek!” rengek Putri.
“Ya! Aku juga capek. Perasaan… kita udah ngerjainnya seharian penuh, deh!” timpal Ken sambil tidur-tiduran di sofa rumah milik Desi.
“Emang betul nih. Seharian kita kerjakan tugas ini dan sekarang.., rasanya tanganku seperti patah-patah.” Ucap Desi.











“Capeeeek…!!!” teriak Ken.
“Tilililit.. Tililit..,” suara handphone Desi tiba-tiba saja berbunyi,
“Yah.. hp-ku bunyi gimana nih? Tanganku nggak bisa aku gerakin.”
“Biar aku saja yang angkat,” kata Ken sambil menyambar hp Desi.
“Hallo.. Assalammualikum..”
“Wa’alaikumsalamm…, apa benar ini nomer hp-nya Desi?” tanya suara perempuan yang ada di hp Desi.
“Ya benar. Ini nomor hp-nya Desi. Ini siapa ya?” tanya Ken menyelidik.
“Justru itu yang mau aku tanyakan. Kamu siapa?”
“Oh.., aku Ken. Lantas kamu sendiri siapa?”
“Oh…, Ken. Ini aku Ken, Triven,” tegas Triven dengan suara halus.
“Ups…, ternyata kamu, Ve. Aku kira siapa. Oh ya. Ada apa ?”
“Itu.., aku pingin ngomong sama Desi. Boleh?”
“Waduh..! Maaf, Ven. TanganDesi patah-patah,” cetus Ken kemudian.
“Hahhhh….? Patah-patah???” Emangnya kena apa tangannya Desi ?” tanya Triven dengan herannya.
“Capek habis bungkus kado,” ucap Ken dengan ritme yang diperceat.
“Apa? Karena kecapekan bungkus kado?” tanya Triven kebingungan.
“Duh keceplosan nih..,lirih Ken dalam hati.
“Ken.., kamu masih disana kan?”
“I..i..iya, Ven. Aku masih disini kok. Maaf, tadi bukan bungkus kado. Maksudku…, bungkus makanan. Ya! Bungkus makanan suruhan ibunya,” jawab Ken dengan gugup.
“Ohh.. Ya sudalah. Besok lagi saja aku telfon dia. Daaaa… Assalammualikum..” ucap Triven seraya mengakhiri pembicaraan dan menutup teleponnya.
“Fiuuh… Untung saja,” tukas Ken dengan perasaan lega.
Ada apa, Ken? Kamu kok tampak gugup ? Telpon dari siapa sih?” tanya Putri sambil beranjak dari duduknya untuk menuju ke WC.
“Ta,,,ta…tadi… Triven,” jawab Ken dengan gugup.
“Emang dia tanya apa?”
“Ee.. nggak. Dia nggak tanya apa-apa kok. Tadi, dia mau ngomong dengan Desi. Tapi, aku bilang Desinya lagi repot.”
“Ya sudahlah..”

Tak lama kemudian, mereka menyelesaikan pembicaraan.”

Tepat pada hari ulang tahun Triven…

“Putriiii…!!” teriak Desi yang sambil berlari dengan membawa kado yang kemarin dibuat.
“Kado sudah siap?”
“Tenang aja, Des. Kado sudah siap diserahkan dalam kondisi 101%” cetus Desi sambil menyerahkan kado itu kepada Desi.
“Lho…., kokk dikasihkan ke aku? Bukannya kamu yang bertugas memberikan kado itu kepada Triven?”
“Eh, iya .. Lupa. Heheheee,,,”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar